Kemajuan teknologi telah berkembang sejak lama yang secara signifikan berkembang di bidang Kesehatan, terutama pada bidang farmasi. Digital farmasi telah mengalami transformasi signifikan sejak adanya kemajuan digital. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep pengobatan yang dipersonalisasi telah muncul, yang melibatkan penyesuaian perawatan medis untuk setiap pasien.
Apa itu Percetakan Obat 3D?
Dari definisi prcetakan 3D sendiri merupakan produksi objek 3D lapis demi lapis dari desain digital. FDA baru-baru ini menyetujui produk obat cetak 3D pada bulan Agustus 2015, yang merupakan indikasi babak baru dalam produksi farmasi. Proses farmasi tradisional, seperti kompresi tablet, telah digunakan selama beberapa dekade dengan jalur regulasi yang mapan. Proses ini dipahami dengan baik, tetapi ketinggalan zaman dalam hal kemampuan proses dan fleksibilitas manufaktur. Percetakan 3D , sebagai teknologi platform, memiliki keunggulan kompetitif untuk produk yang kompleks, produk yang dipersonalisasi, dan produk yang dibuat sesuai permintaan. (Norman, et al., 2016).
Gambar 1. Skema proses pencetakan 3D inkjet (sumber: Norman, James)
Keunggulan Percetakan Obat 3D
Tentunya teknologi ini mempunyai keunggulan, seperti menciptakan peluang untuk meningkatkan keamanan, kemanjuran, dan aksesibilitas obat-obatan (Norman, et al., 2016). Serta Teknologi percetakan obat 3D ini dapat digunakan untuk membuat obat-obata yang dapat disesuaikan degan keburuhan terapi pasien (misalnya dosis, kombinasi obat dan profil pelepasan obat) dan preferensi pribadi (misalnya bentuk, ukuran, tekstur, dan rasa) (Wasit & Trenfirld, 2022).
Tantangan atau hambatan teknologi percetakan Obat 3D
Selain keunggulan pada teknologi cetak obat 3D, pastinya teknologi ini juga memiliki hambatan atau tantangan tersendiri. Beberapa diantaranya, seperti perlunya panduan regulasi yang jelas tentang integrasi teknologi manufaktur point-of-care (POC) baru untuk produksi obat-obatan yang dipersonalisasi di klinik, strategi untuk memastikan kualitas dan keamanan formulasi yang diproduksi di POC, dan keterlibatan lebih lanjut dengan para profesional perawatan kesehatan (termasuk apoteker) yang akan memainkan peran penting dalam penerapan dan pengelolaan teknologi ini di klinik (Wasit & Trenfirld, 2022).
Manfaat Teknologi Pencetakan Obat 3D bagi Farmasi
Tentunya teknologi ini sangat bermanfaat bagi farmasi, baik di bidang farmasi klinis maupun industri. Dalam farmasi klinis, karena sifatnya yang portabel, ringkas, dan mudah digunakan, printer 3D dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam pengaturan apotek komunitas dan rumah sakit — FDM, SSE, dan DPE sangat cocok untuk aplikasi ini. Motivasi utama untuk integrasi teknologi pencetakan 3D ke dalam praktik farmasi klinis adalah agar apoteker memiliki akses ke sistem peracikan otomatis yang sangat fleksibel, yang dapat menghasilkan bentuk dosis yang disesuaikan sesuai permintaan berdasarkan perubahan kebutuhan pasien atau situasi. Teknologi tersebut memungkinkan produksi cetakan dalam bentuk dan ukuran apa pun, serta membuat dosis individual untuk setiap pasien, kemampuan untuk mengatur jumlah obat dalam formulasi dan untuk menghilangkan atau mengganti komponen individual (misalnya bahan farmasi aktif atau eksipien) berdasarkan perubahan persyaratan klinis (Viano & Trenfield, 2020).
Kemudian, Adapun manfaat teknologi ini bagi farmasi industri, diantaranya yaitu Teknologi pencetakan 3D memberikan banyak manfaat bagi industri farmasi, terutama dalam tahap awal pengembangan obat (Awad, Trenfield, & Goyanes, 2018). Waktu yang dibutuhkan dari penemuan obat hingga formulasi dipasarkan adalah sekitar 10–15 tahun, dengan biaya rata-rata £1,3 miliar.Ada kebutuhan mendesak untuk mengurangi waktu dan biaya pemasaran guna mempercepat jadwal pengembangan obat, yang terbukti selama pandemi COVID-19 baru-baru ini yang membutuhkan pengembangan obat yang cepat dan uji coba penggunaan ulang. Selama pengembangan formulasi pra-klinis dan klinis, pencetakan 3D dapat digunakan sebagai alat pembuatan prototipe cepat untuk mengevaluasi iterasi produk obat yang berbeda dalam jumlah kecil atau sekali pakai
Manfaat Bagi Pasien
Selain mempunyai manfaat di bidang farmasi, tentunya teknologi ini sangat bermanfaat juga bagi pasien, apa saja manfaatnya?
Manfaat utama dari pencetakan obat 3D adalah kemampuan untuk benar-benar mempersonalisasi pengobatan berdasarkan kebutuhan terapeutik atau individu pasien. Di masa mendatang, pasien dapat diminta untuk memilih jenis formulasi dari katalog; memungkinkan pemilihan karakteristik seperti rasa, tekstur, warna, bentuk, dan ukuran formulasi, yang mengarah pada peningkatan otonomi dan keterlibatan pasien dengan jalur pengobatan serta peningkatan kepatuhan pengobatan (Trenfield, Awad, & Goyanes, 2018). Memungkinkan produksi obat-obatan dengan dosis yang tepat, atau bahkan mengandung dosis fleksibel lebih dari satu obat untuk membuat poliprintlet cetak 3D, juga dapat meningkatkan kemanjuran pengobatan sekaligus mengurangi risiko efek samping akibat dosis yang tidak akurat.
Kesimpulan
Pembuatan obat menggunakan teknologi cetak 3D merupakan langkah maju yang signifikan dalam industri farmasi modern. Dengan kemampuannya untuk memproduksi obat secara personal dan efisien, teknologi ini membuka peluang baru dalam pemahaman dan pengobatan penyakit. Meskipun tantangan masih ada, masa depan pembuatan obat 3D menjanjikan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien di seluruh dunia. Adaptasi terhadap perubahan digital ini akan menjadi kunci keberhasilan bagi industri farmasi di era modern ini.
Referensi
- Awad, A., Fina, F., & Goyanes, A. (2020). Principles and pharmaceutical applications of selective laser sintering. International Journal of Pharmaceutics, 586.
- Awad, Trenfield, & Goyanes. (2018). 3D printed medicines: A new branch of digital healthcare. International Journal of Pharmaceutics, 23.
- Norman, J., Madurawe, R., Moore, C., Khan, M., & Khairuzzaman, A. (2016). A new chapter in pharmaceutical manufacturing: 3D-printed drug products. Advanced Drug Delivery Reviews, 39-50.
- Trenfield, Awad, & Goyanes. (2018). 3D Printing Pharmaceuticals: Drug Development to Frontline Care. Trends in Pharmacological Sciences, 39.
- Viano, S., & Trenfield, S. (2020). Translating 3D printed pharmaceuticals: From hype to real-worldclinical applications. Advanced Drug Delivery Reviews, 174.
- Basit, A., & Trenfirld, S. (2022). 3D printing of pharmaceuticals and the role of pharmacy. PJ Pharmaceutical Journal.
- Wouters, McKee, & Luyten. (2020).Estimated Research and Development Investment Needed to Bring a New Medicine to Market, 2009-2018. JAMA, 323.
- (Sumber gambar: Pixabay)
Penulis : Annisa Indah Rahmawati – FM22A – Universitas Buana Perjuangan Karawang