Di era digital yang semakin maju, teknologi telah membuka peluang baru untuk mengatasi berbagai tantangan dalam sektor kesehatan, termasuk masalah akses layanan farmasi di daerah terpencil. Telefarmasi, sebagai salah satu inovasi dalam bidang farmasi, muncul sebagai solusi potensial untuk menjembatani kesenjangan akses layanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Konsep ini menggabungkan keahlian farmasi dengan teknologi komunikasi modern, memungkinkan penyediaan layanan farmasi jarak jauh yang komprehensif dan berkualitas.
Daerah terpencil seringkali menghadapi kendala signifikan dalam akses terhadap layanan farmasi, mulai dari keterbatasan jumlah apoteker, jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan, hingga infrastruktur yang kurang memadai. Situasi ini tidak hanya menghambat penyediaan obat-obatan yang diperlukan, tetapi juga membatasi akses masyarakat terhadap konsultasi farmasi yang penting untuk penggunaan obat yang aman dan efektif. Implementasi telefarmasi hadir sebagai terobosan untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, menawarkan potensi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah yang sulit dijangkau.
Sumber Gambar:
Telefarmasi adalah layanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker menggunakan teknologi telekomunikasi untuk pasien yang berada di lokasi jauh. Layanan ini mengikuti standar yang ditetapkan dalam Permenkes No. 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Telefarmasi mencakup berbagai layanan seperti konseling obat dan pengiriman obat melalui media seperti video konferensi atau forum obrolan. Secara global, metode ini telah terbukti meningkatkan kepuasan pasien dan memberikan manfaat ekonomi. Telefarmasi dirancang untuk memperluas akses layanan kefarmasian di daerah yang kekurangan fasilitas kesehatan. Selain itu, penggunaannya dapat menghemat waktu bagi pasien dan apoteker karena mengurangi kebutuhan perjalanan serta memungkinkan pemantauan pasien secara jarak jauh.
Implementasi telefarmasi di daerah terpencil Indonesia menjanjikan peningkatan akses terhadap layanan farmasi yang sangat dibutuhkan. Namun, di balik potensi besar ini, terdapat serangkaian tantangan kompleks yang perlu diatasi untuk mewujudkan manfaat telefarmasi secara optimal. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di daerah terpencil. Banyak wilayah masih menghadapi masalah konektivitas internet yang tidak stabil dan lambat, serta pasokan listrik yang sering terganggu. Kondisi ini dapat menghambat kelancaran layanan telefarmasi yang sangat bergantung pada teknologi digital. Misalnya, konsultasi video antara pasien dan apoteker bisa terganggu karena koneksi yang buruk, atau sistem penyimpanan data elektronik mungkin tidak berfungsi optimal karena pemadaman listrik. Tantangan berikutnya berkaitan dengan sumber daya manusia. Di daerah terpencil, seringkali terdapat kekurangan tenaga farmasi terlatih yang mampu mengoperasikan sistem telefarmasi. Selain itu, masyarakat setempat mungkin memiliki tingkat literasi digital yang rendah, sehingga mengalami kesulitan dalam mengakses dan memanfaatkan layanan telefarmasi. Hal ini memerlukan program pelatihan intensif bagi tenaga kesehatan lokal dan edukasi berkelanjutan bagi masyarakat.
Penulis: Putri Latifah Nur Zahro FM22B Universitas Buana Perjuangan Karawang.
Referensi:
Irwanda, W., Widayanti, A., & Kristina, S. (2023). Persepsi Apoteker terhadap Manfaat dan Keterbatasan Telefarmasi di Fasilitas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Farmaseutik, 20(1), 92-100. https://jurnal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/article/download/86239/39244.
Naufal, M., Yuwindry, I., & Rizali, M. (2023). Persepsi Apoteker Tentang Penerapan Telefarmasi Di Apotek: Persepsi Apoteker Tentang Penerapan Telefarmasi Di Apotek. Journal Pharmaceutical Care and Sciences, 3(2), 109-114. https://ejurnal.unism.ac.id/index.php/jpcs/article/download/249/152/1688.
Sumber Gambar: https://itb.ac.id/berita/advisory-board-sharing-session-pentingnya-transformasi-digital-dalam-dunia-kefarmasian/58868