Layanan farmasi adalah inisiatif komprehensif yang dirancang untuk mendeteksi, menghentikan, dan mengatasi masalah kesehatan dan obat-obatan. Layanan farmasi harus berkembang dari paradigma yang sebelumnya berorientasi pada produk ke paradigma baru yang berorientasi pada pasien dengan filosofi layanan farmasi untuk memenuhi tuntutan pasien dan masyarakat, yang akan meningkatkan kualitas layanan farmasi (pharmaceutical care) (Fatma, et al., 2020).
Manajemen obat adalah tugas yang sangat penting, dan oleh karena itu, dilakukan sesuai dengan aturan dan regulasi. Tahapan perencanaan dan distribusi kebutuhan obat memiliki dampak signifikan terhadap ketersediaan obat di fasilitas kesehatan. Distribusi obat adalah prosedur pengiriman obat resep ke klinik kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk memberikan perawatan medis kepada populasi setempat. Menentukan frekuensi distribusi, memutuskan jenis dan jumlah obat yang akan diberikan, serta memberikan obat adalah langkah-langkah yang terlibat dalam distribusi obat. Untuk menjamin ketersediaan, keadilan, dan keterjangkauan obat-obatan untuk layanan kesehatan serta mencegah kekurangan obat, manajemen obat-obatan dan perlengkapan medis di tingkat kabupaten/kota sangat penting (Aru, et al., 2022).
Untuk mengendalikan pasokan obat dan mengurangi kemungkinan kekurangan obat (stockouts) atau kelebihan farmasi yang menyebabkan penumpukan obat, perencanaan pengadaan obat adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pembelian obat. Strategi yang dapat dihitung digunakan untuk merencanakan pencegahan kekurangan obat. Konsumsi, epidemiologi, kombinasi teknik epidemiologi dan konsumsi, serta modifikasi berdasarkan anggaran yang tersedia adalah prinsip-prinsip dasar perencanaan yang telah ditetapkan. Metode epidemiologi adalah teknik perencanaan yang didasarkan pada analisis jumlah kasus penyakit pada periode sebelumnya, sedangkan metode konsumsi adalah teknik perencanaan yang didasarkan pada studi konsumsi logistik pada waktu sebelumnya (Azis, et al., 2024).
Pada tahun 2019, COVID-19 menyebar dan memicu wabah infeksi global. Hingga saat ini, lebih dari 6,8 juta orang telah meninggal secara global. Di banyak negara dan daerah, penyebaran virus telah menimbulkan sejumlah kesulitan. Obat memiliki peran penting dalam mengakhiri wabah penyakit menular. Vaksinasi menciptakan kekebalan kelompok yang bertahan lama. Untuk memerangi pandemi secara efektif, sumber daya farmasi harus dikelola dengan baik karena ketersediaannya yang terbatas. Manajemen rantai pasokan farmasi yang efektif sangat penting untuk menghentikan penyebaran penyakit yang dapat disembuhkan. Mengendalikan epidemi dapat sangat dipengaruhi oleh kekurangan obat. Untuk memahami penyebaran penyakit dan dampaknya pada rantai pasokan tersebut, diperlukan model terintegrasi yang menggabungkan penyakit menular dan rantai pasokan farmasi yang sesuai. Usulan awal kami dalam studi ini adalah model matematis penyakit menular yang mempertimbangkan karakteristik penyakit menular. Permintaan untuk produk farmasi kemudian diprediksi dengan memperluas model ini menjadi model manajemen inventaris (Nishihata, et al., 2023).
Sejarah Model Epidemiologi
Untuk menggunakan persamaan diferensial dalam menggambarkan epidemi penyakit menular tunggal di suatu komunitas, Kelmack dan McKendrick mengembangkan model epidemiologi di Inggris pada tahun 1927. Teorema ambang kemudian dikembangkan sebagai hasil dari studi matematika, yang sebagian besar dilakukan oleh ilmuwan Eropa pada akhir tahun 1970-an. Selama pandemi AIDS pada akhir 1980-an, model epidemiologi awalnya digunakan di Jepang untuk mengantisipasi epidemi dan langkah-langkah pencegahan. Analisis data waktu nyata dan peramalan menggunakan model epidemiologi sedang dilakukan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. Temuan tersebut merupakan titik balik penting dalam perjuangan Jepang melawan penyakit menular dan memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah. Akibatnya, gagasan dasar dari model rentan, terinfeksi, sembuh (SIR) dan angka reproduksi dasar menyebar dengan cepat (Nishihata, et al., 2023).
Analisis Data Epidemiologi
Salah satu prosedur penelitian yang dilakukan setelah semua informasi yang diperlukan untuk menangani topik yang diteliti sepenuhnya dapat diakses adalah analisis data. Presisi hasil sangat ditentukan oleh seberapa baik dan tepat teknik analitis digunakan (Millah, et al., 2023).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/321/2020 tentang Standar Profesi Epidemiologi Kesehatan, “Analisis Data Epidemiologi” mengacu pada serangkaian kegiatan epidemiologi yang membantu mengidentifikasi sumber data, mencatat data berdasarkan variabel yang relevan, mengumpulkan data dalam bank data, dan mengelompokkan data sesuai kebutuhan.
Gambar: Analisis Data Epidemiologi
Sumber: https://blog.advan.id/38386/panduan-menggunakan-stata-untuk-analisis-data-epidemiologi/
Proses Analisis Epidemiologi untuk Prediksi Obat
- Pengumpulan Data: Informasi epidemiologi dikumpulkan dari sumber seperti rumah sakit, puskesmas, survei kesehatan, dan basis data nasional. Data yang dikumpulkan meliputi insiden penyakit, tingkat keparahan, dan faktor risiko.
- Pengolahan Data: Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan metode statistik dan perangkat lunak analitik untuk menemukan pola dan tren.
- Prediksi Kebutuhan: Berdasarkan data yang dianalisis, proyeksi kebutuhan obat dibuat dengan mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk pola penyakit musiman, demografi populasi, dan kebijakan kesehatan yang berlaku.
- Validasi Prediksi: Hasil prediksi diuji untuk memastikan akurasi dengan membandingkannya terhadap kebutuhan aktual dalam periode tertentu
Kesimpulan
Analisis data epidemiologi adalah alat yang sangat berharga dalam memprediksi kebutuhan obat secara lebih tepat. Dengan pengumpulan data yang sistematis, pengolahan yang akurat, dan kolaborasi lintas sektor, sistem kesehatan dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan dan integrasi teknologi yang mendukung analisis data epidemiologi perlu menjadi prioritas dalam sistem kesehatan.
Daftar Pustaka
- Aru, M.E., Muntasir, & Sinaga, M. (2022). Description of The Planning Stages of Drug Needs and Drug Distribution in Ndetundora Public Health Center, Ende Regency. Lontar: Jurnal of Community Health, 4 (1): 34 – 41 https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/LJCH/article/view/4686/3541
- Azis, M.I., Dwidayati, A., Permatasari, A., Arwin, Faturrahman, Feratiwi, et al., Literature review: Medication Planning Using The Consumption Method. Mekongga Pharmaceutical Journal, 1(1), 11-14 https://mail.usn.ac.id/753journal/index.php/MPJ/article/view/155
- Fatma, Rusli, & Wahyuni, D.F. (2020). Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Lau Kabupaten Maros. Jurnal Farmasi FKIK, 8 (2): 9-14. https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jurnal_farmasi/article/view/16017
- https://www.epidemiolog.id/manajemen-data-epidemiologi/
- Millah, A.S., Apriyani, Arobiah, A., Febriani, E.S., & Ramdhani, E. (2023). Analisis Data dalam Penelitian Tindakan KelasJurnal Kreativitas Mahasiswa. 1 (2): 140-153 https://www.riset-iaid.net/index.php/jpm/article/download/1447/821
- Nishihata, Y., Liu, Z., & Nishi, T. (2023). Evolutionary-Game-Theory-Based Epidemiological Model for Prediction of Infections with Application to Demand
Forecasting in Pharmaceutical Inventory Management Problems. Appl. Sci, 13, 11308. https://doi.org/10.3390/app132011308 - Sumber: https://vmedis.com/metode-analisis-kombinasi-abc-ven-pendekatan-tepat-untuk-prioritaskan-kebutuhan-obat/
Penulis dan Afiliasi
Rayninda Illysa Haqqi – FM22B – Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang
