Di era digital, dunia kesehatan terus mengalami perubahan yang sangat signifikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan teknologi farmasi yang cepat dalam menciptakan obat-obatan baru juga memerlukan perhatian terhadap potensi risiko yang dapat dialami oleh pasien. Laporan dari IOM (Institute of Medicine) pada tahun 1999 secara jelas menyebutkan bahwa setidaknya 44.000 hingga 98.000 pasien meninggal di rumah sakit dalam satu tahun akibat kesalahan medis yang seharusnya dapat dihindari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat kecelakaan lalu lintas, kanker payudara, dan AIDS (Tangkudung, 2023).
Salah satu upaya dalam pengendalian risiko yang mungkin terjadi akibat penggunaan obat adalah pemanfaatan data informatika. Dalam hal ini, data informatika berperan sebagai fondasi penting untuk meningkatkan keselamatan pasien serta efisiensi dalam sistem kesehatan.
Apa Itu Manajemen Risiko Obat?
Manajemen risiko obat adalah langkah-langkah strategis dan operasional untuk mengidentifikasi, menghindari, dan memantau risiko yang dapat muncul pada berbagai tahap dalam pelayanan kesehatan, mulai dari peresepan, distribusi, administrasi, hingga saat obat dikonsumsi oleh pasien, termasuk efek samping, interaksi obat, atau kesalahan penggunaan. Dalam sistem yang kompleks seperti layanan kesehatan, keberhasilan manajemen risiko sangat bergantung pada kemampuan untuk menganalisis data yang relevan.
(Sumber: www.freepik.es)
Peran Data Informatika dalam Manajemen Risiko Obat
Data informatika mencakup penggunaan teknologi digital untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memanfaatkan data kesehatan. Dalam manajemen risiko obat, data informatika berperan di beberapa aspek utama:
- Sistem Peresepan Elektronik (e-Prescription)
Penerapan teknologi informasi melalui resep elektronik yang didukung oleh sistem Computerized Physician Order Entry (CPOE), adalah solusi untuk mengurangi medication error dan Adverse Drug Reaction (ADR). CPOE merujuk pada berbagai sistem komputer yang digunakan oleh tenaga medis untuk meminta persiapan obat bagi pasien kepada apoteker. Sistem CPOE memiliki kemampuan yang berbeda-beda, mulai dari hanya menyediakan daftar obat yang dapat diresepkan oleh dokter hingga layanan yang membantu dalam pengambilan keputusan klinis, seperti peringatan tentang interaksi obat, alergi, kontraindikasi, dan hasil laboratorium yang abnormal. Sistem pengecekan ini membantu dokter dalam mendeteksi masalah pada pasien, sehingga pengobatan dapat dilakukan dengan lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan resep elektronik dapat menurunkan kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan (Rahmawati, 2020).
- Integrasi Data Pasien
Sistem informatika memungkinkan pengolahan data pasien dalam Rekam Medis Elektronik (RME). Rekam medis elektronik membantu memastikan obat sesuai dengan kondisi pasien dengan mengintegrasikan data medis seperti riwayat penyakit, alergi, dan pengobatan sebelumnya, sehingga dokter dapat melihat informasi lengkap sebelum meresepkan obat. Sistem ini memungkinkan peresepan obat secara elektronik, mengurangi kesalahan membaca tulisan tangan dokter, dan meningkatkan akurasi dalam pemberian obat. Dengan fitur otomatis seperti pencetakan etiket dan penyimpanan data elektronik, waktu pelayanan di farmasi menjadi lebih cepat, sehingga pasien menerima obat dengan lebih efisien. Sistem ini membantu meminimalisir kesalahan dalam membaca resep dan memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan stok yang tercatat dalam sistem, yang secara langsung mengurangi risiko kesalahan medis (Belrado et al., 2024).
- Pengawasan dan Analitik Risiko
Setelah obat dipasarkan, data yang berasal dari uji klinis atau laporan efek samping (pharmacovigilance) yang diterima oleh badan pengawas obat (BPOM) dapat dianalisis untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi risiko yang dapat ditimbulkan oleh obat tertentu. Data yang dianalisis meliputi data pasien, data farmakologis, dan data penggunaan obat. Analisis berbasis data ini membantu regulator dan produsen obat dalam mengambil tindakan preventif, seperti perubahan label atau penarikan obat dari pasar (BPOM, 2019).
- Mendukung Personalisasi Terapi
Dengan data informatika, terapi obat dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Misalnya, analisis genetik melalui pharmacogenomics memungkinkan prediksi bagaimana pasien akan merespons obat tertentu. Pengobatan ini memanfaatkan data genetik pasien untuk menentukan terapi yang paling sesuai bagi mereka. Dalam pendekatan ini, dosis dan jenis obat dapat disesuaikan dan dioptimalkan berdasarkan kondisi serta variasi genetik individu pasien, sehingga risiko efek samping dapat diminimalkan. Informasi genetik tidak hanya penting untuk pengobatan, tetapi juga membantu dalam merencanakan pencegahan penyakit dan mengurangi tingkat keparahan penyakit (Pratiwi, 2021).
- Pemantauan Pasien Berbasis Teknologi
Integrasi teknologi wearable devices dan aplikasi kesehatan memungkinkan pemantauan kesehatan ataupun penggunaan obat yang lebih personal dan tepat waktu. Dengan adanya data yang dikumpulkan secara real-time, tenaga medis dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat sasaran serta memastikan pasien mematuhi jadwal pengobatan dan memberikan peringatan jika terjadi penyimpangan yang berisiko (Santoso, 2024)
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun memiliki banyak keuntungan, penerapan data informatika dalam manajemen risiko obat memiliki beberapa tantangan. Tantangan tersebut melibatkan kekhawatiran mengenai privasi data pasien, kemungkinan terjadinya gangguan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, serta tingginya biaya awal yang diperlukan. Perlindungan terhadap data pribadi sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan informasi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang teliti untuk memastikan bahwa keuntungan dari penerapan teknologi yang ada dapat diperoleh tanpa mengorbankan aspek-aspek penting seperti keamanan dan privasi pasien. Perlindungan terhadap data pribadi sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan informasi Kesehatan (Nugroho & Pramudita, 2024).
Daftar Pustaka
- Belrado, R., Harmendo, H., & Wahab, S. (2024). Analisis Penggunaan Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 6(4), 1779-1798. https://doi.org/10.37287/jppp.v6i4.3039.
- BPOM. (2019). Farmakovigilans (Keamanan Obat) : Panduan Deteksi dan Pelaporan Efek Samping Obat Untuk Tenaga Kesehatan. Pusat Farmakovigilans Nasional, 1–26.
- farmasetika.com
- kanalpengetahuan.farmasi.ugm.ac.id
- Nugroho, Y. W., & Pramudita, F. A. (2024). Peran Rekam Medis Elektronik dalam Meningkatkan Efisiensi, Kualitas Layanan Kesehatan, dan Keselamatan Perawatan Pasien: Analisis Systematic Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 7(2), 343–350. https://doi.org/10.56338/mppki.v7i2.4867.
- Tangkudung, G. L. (2023). Analisis Jaminan Perlindungan Hukum bagi Pasien yang Menerima Pelayanan Kefarmasian di Apotek oleh Apoteker. Lex Privatum, 11(2), 1-9. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/46604.
- www.healthpro.id
- unity-connect.com
Penulis
Intan Aulia Pratiwi – 22416248201137 – FM22D – Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan Karawang