Perkembangan teknologi informasi saat ini sangat pesat. Kita bisa dengan mudah mencari informasi tentang apa saja, termasuk tentang kesehatan. Ini sangat membantu kita dalam mengambil keputusan, misalnya saat memilih obat untuk penyakit ringan. Namun, kita harus berhati-hati dan teliti dalam memilih sumber informasi. Tidak semua informasi yang kita temukan di internet itu benar. Sebaiknya, kita tetap konsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apapun.
Pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah tindakan yang sering dilakukan masyarakat ketika mengalami keluhan kesehatan ringan. Mereka biasanya memilih obat berdasarkan pengalaman pribadi atau informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua obat aman untuk dikonsumsi tanpa resep dokter. Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sebaiknya selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apapun.
Metode SMART merupakan metode pengambilan keputusan multi kriteria yang dikembangkan oleh Edward pada tahun 1977. SMART adalah singkatan dari Simple Multi-Attribute Rating Technique. Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap alternatif (dalam hal ini, pilihan) terdiri dari beberapa kriteria atau aspek yang perlu dipertimbangkan. Setiap kriteria ini memiliki nilai penting yang berbeda-beda. Dengan memberikan nilai bobot pada setiap kriteria, kita dapat membandingkan berbagai alternatif secara objektif dan memilih alternatif terbaik.
Sistem yang paling diinginkan oleh pengguna saat ini adalah sistem yang dirancang dengan mempertimbangkan kemudahan penggunaan. Sistem seperti ini harus memiliki tampilan yang intuitif, menu yang jelas, dan panduan yang mudah dipahami. Selain itu, sistem juga harus mampu memberikan dukungan yang efektif kepada pengguna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, seperti membantu dalam pemilihan obat. Penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Otong Syaiful Bachri pada tahun 2015 menggunakan metode AHP, telah menunjukkan bahwa pemilihan obat merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan pertimbangan yang cermat. Oleh karena itu, pengembangan sistem pendukung keputusan untuk pemilihan obat harus memperhatikan kedua aspek ini, yaitu kemudahan penggunaan dan akurasi dalam memberikan rekomendasi.
Sumber : https://klinikpintar.id/
Dalam bidang kesehatan, obat-obatan memegang peranan sentral dalam pengelolaan dan pengobatan berbagai kondisi medis. Penggunaan obat yang tepat secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, mengontrol penyakit yang mengancam jiwa, dan dalam banyak kasus, menyembuhkan penyakit.
Obat-obatan, meskipun berperan penting dalam menjaga kesehatan, memiliki potensi risiko yang tidak dapat diabaikan. Salah satu risiko tersebut adalah interaksi obat. Interaksi obat terjadi ketika dua atau lebih obat bercampur dalam tubuh dan saling mempengaruhi efek satu sama lain. diungkapkan oleh Lusi Indriani dan Emy Oktaviani dalam penelitian mereka yang diterbitkan dalam Majalah Farmasetika (2019) Hal ini bisa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti pusing, mual, atau bahkan reaksi alergi yang serius. Selain itu, interaksi obat juga dapat mengurangi efektivitas obat sehingga pengobatan tidak memberikan hasil yang optimal.
Seperti yang diungkapkan oleh Resia Perwirani dan Ika Puspita Sari dalam penelitian mereka yang diterbitkan pada tahun 2022, pendekatan proaktif sangat penting dalam mencegah interaksi obat. Dengan menerapkan Sistem Pendukung Keputusan Klinis (SPKK) pada resep elektronik, kita dapat mendeteksi potensi interaksi obat sebelum obat diberikan kepada pasien. Hal ini memungkinkan kita untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi risiko terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.
Kerjasama yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Ketika pasien aktif terlibat dalam proses pengobatan dan tenaga kesehatan memberikan informasi yang jelas dan lengkap, maka hasil pengobatan yang diperoleh akan lebih optimal. Pasien dapat merasakan manfaat yang lebih besar dari pengobatan yang diberikan, sementara risiko terjadinya efek samping yang berbahaya dapat diminimalisir.
Teknologi SPK berperan penting dalam optimalisasi pemilihan terapi obat, sehingga pengobatan dapat dilakukan secara lebih efisien dan akurat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan sistem ini dengan menggunakan berbagai metode.
- Metode ASMART dalam SPK Terapi Obat
Studi terbaru telah mengaplikasikan metode Adaptive Simple Multi-Attribute Rating Technique (ASMART) dalam penentuan terapi obat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat akurasi sistem sebesar 84,48% dalam merekomendasikan terapi berdasarkan analisis multikriteria, termasuk indikasi, kontraindikasi, jenis obat, dosis, dan harga. Lebih lanjut, survei pengguna menunjukkan tingkat kepuasan sebesar 81,5% terhadap kesesuaian sistem dengan kebutuhan mereka.
- SPK untuk Dosis Obat Rasional
Studi ini berfokus pada pengembangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk personalisasi dosis obat pada pasien penyakit pernapasan. SPK ini dirancang untuk membantu dokter dalam proses diagnosis dan memberikan rekomendasi terapi yang optimal berdasarkan manifestasi klinis pasien. Pengembangan sistem ini mengadopsi pendekatan waterfall, dan hasil evaluasi menunjukkan kinerja sistem yang memuaskan dalam memberikan rekomendasi dosis yang sesuai.
- Implementasi AHP dan WP
Dalam sistem ini, metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk membangun hierarki kriteria dan menentukan bobot relatif dari masing-masing kriteria. Selanjutnya, metode Weighted Product (WP) diterapkan untuk menghitung nilai total dari setiap alternatif tumbuhan berdasarkan bobot kriteria yang telah diperoleh. Dengan demikian, sistem ini mampu memberikan rekomendasi tumbuhan obat yang optimal berdasarkan analisis multikriteria.
Kesimpulan
mengindikasikan adanya sebuah sistem atau perangkat lunak yang dikembangkan untuk membantu para profesional medis, seperti dokter, dalam proses pengambilan keputusan terkait pemilihan terapi obat yang paling tepat untuk seorang pasien. Sistem ini kemungkinan memanfaatkan data pasien, informasi obat, dan algoritma tertentu untuk memberikan rekomendasi pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien secara individual.
Referensi
- Kustiyahningsih, Y., Mula’ab, & Prasetyo, R.D. (2019). Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Terapi Obat Menggunakan Metode Adaptive Simple Multi Attribute Rating Technique (ASMART). Jurnal Ilmiah SimanteC. https://journal.trunojoyo.ac.id/simantec/article/view/6662/4878
- Sudarmana, L. (2015). Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Dosis Obat Secara Rasional pada Penyakit Pernapasan. Prosiding SNATIF. https://jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/download/344/361
- Wati et al. (2020). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tumbuhan Berkhasiat Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process-Weighted Product. ILKOM Jurnal Ilmiah. https://jurnal.fikom.umi.ac.id/index.php/ILKOM/article/view/671
Sumber Gambar : https://rxpert.id/
Penulis : Regita Shaomitha_22416248201150_FM22A_Farmasi UBP Karawang