Adverse Drug Reaction (ADR) adalah reaksi merugikan yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat pada dosis normal. ADR dapat mengganggu proses penyembuhan dan bahkan membahayakan nyawa pasien. Untuk itu, upaya untuk mencegah dan meminimalkan ADR menjadi sangat penting. Farmakavigilans adalah ilmu yang berperan dalam memantau keamanan obat dan mencegah terjadinya ADR (Sahu et al.,2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan Adverse Drug Reaction (ADR) atau Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebagai segala efek samping berbahaya yang tidak diinginkan dan tidak disengaja akibat penggunaan obat, termasuk pada dosis terapi. Definisi ini menyoroti betapa luasnya cakupan ADR, yang tidak hanya terbatas pada efek samping yang terjadi pada dosis tinggi, tetapi juga mencakup efek samping yang timbul pada dosis yang seharusnya aman. Hal ini menjadikan ADR sebagai masalah kesehatan yang kompleks dan berdampak signifikan terhadap morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan kesehatan (Lovia et al., 2019).
Pelaporan Adverse Drug Reaction (ADR) atau efek samping obat dapat dilakukan melalui beberapa metode utama. Metode yang paling umum adalah pelaporan spontan, di mana tenaga kesehatan secara sukarela melaporkan kejadian ADR yang mereka amati pada pasien. Selain itu, terdapat pula metode surveilans aktif yang lebih sistematis, seperti pemantauan kejadian kohort (cohort event monitoring/CEM) yang melibatkan pengamatan terhadap kelompok pasien tertentu secara terus-menerus untuk mendeteksi ADR, serta pelaporan spontan yang ditargetkan (targeted spontaneous reporting/TSR) yang fokus pada pelaporan ADR untuk obat-obat tertentu atau kelompok pasien tertentu (Meilani dan Rano, 2018).
Sumber Gambar https://play.google.com/store/apps/details?id=emeso.com.mobileadr
Di indonesia memiliki aplikasi untuk pelaporan ADR (Adverse Drug Reaction) atau efek samping obat yaitu E-MESO Mobile, aplikasi ini berbasis android dan dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Aplikasi e-meso mobile memberikan kemudahan bagi tenaga kesehatan, industri farmasi, dan unit kerja Badan POM untuk melaporkan KTD atau ESO secara real-time. Dengan begitu, informasi mengenai keamanan obat dapat dihimpun dengan lebih cepat dan akurat, sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih dini.
Kesimpulan Adverse Drug Reaction (ADR) atau Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) merupakan masalah kesehatan yang serius dan kompleks. ADR dapat terjadi pada siapa saja, bahkan pada dosis obat yang normal, dan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif mulai dari gangguan ringan hingga kematian. Oleh karena itu, pemantauan keamanan obat atau farmakovigilans sangat penting untuk dilakukan.
Pelaporan ADR merupakan langkah kunci dalam farmakovigilans. Terdapat beberapa metode pelaporan ADR, mulai dari pelaporan spontan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan hingga surveilans aktif yang lebih sistematis. Di Indonesia, pelaporan ADR dapat dilakukan melalui aplikasi e-MESO Mobile. Aplikasi ini memudahkan tenaga kesehatan, industri farmasi, dan regulator untuk melaporkan kejadian ADR secara cepat dan akurat, sehingga informasi mengenai keamanan obat dapat dihimpun secara lebih komprehensif.
Daftar Pustaka
Devi Meilani, Rano K.S.,2018. Pharmacovigilance dalam Aspek Penanganan Reaksi Obat yang tidak diinginkan: Sebuah Artikel Review. Farmaka Volume 16 Nomor 1.
Sahu, R.K., Yadav,R., Prasad, P., Roy, A and Chandrakar, S., 2014, ADR Monitoring Prospects And Impending Challenges For Pharmacovigilance, SpringerPlus, 3:695
Santilla. L., Yelly O. S., Dedy. A., & Fitrisia. A., 2019. Studi Kualitatif Pengetahuan Perawat tentang Adverse Drug Reaction (ADR) di Bangsal Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang (Qualitative Study of Nurses Knowledge about Adverse Drug Reaction (ADR) in Child Hospitalization Wards in RSUP DR. M. Djamil Padang). Jurnal Sains Farmasi & Klinis . Vol. 06 No. 02.
https://images.app.goo.gl/QAYyK5kcbHK3FSDs5
PENULIS DAN AFILASI
Penulis: Queen Maria Habibah – FM22D – 22416248201022 – Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang
