Teknologi blockchain telah menunjukkan potensi yang sangat besar di berbagai sektor. Salah satu aplikasi utama blockchain di sektor kesehatan adalah sistem distribusi obat. Distribusi obat yang efisien dan aman sangat penting untuk memastikan akses pasien terhadap obat berkualitas dan tepat waktu. Namun, tantangan seperti obat palsu, kurangnya transparansi rantai pasokan, dan risiko salah kelola masih sering terjadi. Oleh karena itu, penerapan teknologi blockchain dalam distribusi obat diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah ini dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap sistem distribusi obat.
- Blockchain dalam Distribusi Obat
Blockchain memungkinkan pencatatan transaksi sebagai blok yang terhubung secara linier – solusi yang sangat baik untuk rantai pasokan obat. Setelah dicatat dalam blockchain, setiap transaksi atau pergerakan barang menjadi tidak dapat diubah dan tidak bisa dimanipulasi. Ini menjadikan blockchain alat yang sempurna untuk memastikan keaslian dan keamanan obat selama distribusi, yang melibatkan banyak pihak dan rantai distribusi yang kompleks.
Obat palsu tetap menjadi salah satu masalah utama dalam distribusi obat. Lebih dari 10% obat yang beredar di pasar global adalah obat palsu, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, obat palsu tersebut dapat menyebabkan dampak kesehatan masyarakat yang serius dan resistensi antibiotik. Blockchain, yang menawarkan cara aman untuk membuktikan keaslian produk, memberikan solusi efektif untuk masalah ini. Setiap obat yang diproduksi dapat diberikan ID unik yang tercatat dalam blockchain, memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk melacak asal usul dan pergerakan obat tersebut dari pabrik hingga ke tangan konsumen.
- Blockchain sebagai Solusi dalam Pelacakan Obat
Pelacakan obat secara real-time sangat penting untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah produk yang sah dan tidak terkontaminasi. Blockchain memungkinkan pelacakan yang lebih transparan dan terverifikasi, dengan mencatat setiap transaksi atau perubahan status obat dalam sistem yang tidak dapat dimanipulasi. Penelitian yang dilakukan oleh Singh et al. (2023) menunjukkan bahwa penerapan blockchain dalam pelacakan obat dapat mengurangi risiko pemalsuan obat dan kesalahan distribusi secara signifikan, serta meningkatkan akurasi dalam pengelolaan inventaris obat.
Dengan menggunakan blockchain, seluruh rantai pasokan obat dapat dipantau mulai dari produsen hingga apotek atau rumah sakit yang menerima obat tersebut. Setiap perubahan status atau lokasi obat tercatat dengan jelas dan tidak bisa diubah, sehingga semua pihak yang terlibat dapat memverifikasi keaslian dan kualitas obat yang diterima. Hal ini juga memudahkan pihak berwenang untuk melakukan audit dan memeriksa kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
- Penggunaan Smart Contracts dalam Distribusi Obat.
Salah satu fitur menarik dari blockchain adalah penggunaan smart contracts, yaitu kontrak otomatis yang dieksekusi begitu kondisi tertentu terpenuhi. Dalam distribusi obat, smart contracts bisa digunakan untuk memastikan bahwa setiap tahap dalam rantai pasokan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dan sudah diverifikasi oleh pihak berwenang sebelum dilanjutkan ke tahap berikutnya. Misalnya, smart contract dapat memverifikasi apakah obat telah melewati uji kualitas yang ditentukan atau sudah disertifikasi oleh badan regulasi sebelum dikirim ke apotek.
Studi oleh Zhang et al. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan smart contracts dalam distribusi obat dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia. Selain itu, smart contracts juga memungkinkan otomatisasi dalam proses pembayaran dan pengiriman barang, yang pada gilirannya bisa mengurangi biaya operasional dan mempercepat distribusi.
- Tantangan dalam Implementasi Blockchain di Distribusi Obat.
Meskipun teknologi blockchain memiliki potensi besar, implementasinya dalam distribusi obat menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah integrasi blockchain dengan sistem yang sudah ada dalam rantai pasokan obat. Banyak perusahaan dan lembaga kesehatan yang masih menggunakan sistem konvensional dalam mengelola inventaris dan distribusi obat, yang mungkin tidak kompatibel dengan teknologi blockchain.
Selain itu, biaya implementasi blockchain bisa cukup tinggi, terutama bagi perusahaan kecil atau negara berkembang yang memiliki anggaran terbatas. Membangun infrastruktur teknologi yang dibutuhkan, seperti perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung blockchain, serta pelatihan sumber daya manusia untuk mengoperasikan sistem ini, bisa menjadi hambatan bagi adopsi teknologi ini di sektor kesehatan.
- Kolaborasi Global untuk Menerapkan Blockchain.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam distribusi obat, seperti produsen, distributor, apotek, rumah sakit, serta lembaga regulasi dan pemerintah. Kolaborasi ini sangat penting untuk memastikan standar interoperabilitas antar sistem blockchain yang digunakan tetap terjaga dan tidak terjadi ketidaksesuaian data yang dapat membahayakan integritas sistem.
Contohnya, pada tahun 2023, beberapa negara dan perusahaan farmasi besar meluncurkan proyek bersama untuk menguji implementasi blockchain dalam distribusi obat. Proyek ini bertujuan untuk menguji efektivitas blockchain dalam memantau rantai pasokan obat di berbagai negara dengan sistem regulasi yang berbeda. Hasil dari proyek ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai tantangan dan solusi dalam menerapkan blockchain secara global.
- Studi Kasus: Blockchain dalam Distribusi Obat di India.
India adalah salah satu negara yang aktif mengembangkan dan menguji teknologi blockchain dalam distribusi obat. Menurut laporan Gupta et al. (2023), India telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk memanfaatkan blockchain dalam meningkatkan transparansi dan efisiensi distribusi obat, terutama dalam memerangi pemalsuan obat. Melalui platform berbasis blockchain, pemerintah India dapat memantau distribusi obat-obatan sensitif, seperti vaksin, dan memastikan bahwa obat tersebut sampai ke pasien dalam kondisi yang aman dan sesuai regulasi.
Di India, blockchain juga digunakan untuk memastikan bahwa obat yang didistribusikan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh lembaga pengawas obat. Hal ini telah membantu mengurangi kasus pemalsuan obat dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap sistem distribusi obat di negara tersebut.
- Masa Depan Blockchain dalam Distribusi Obat.
Ke depan, teknologi blockchain diprediksi akan semakin banyak digunakan dalam sektor kesehatan, termasuk dalam distribusi obat. Dengan meningkatnya kebutuhan akan sistem rantai pasokan obat yang transparan dan aman, adopsi blockchain dapat membantu mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat keamanan. Selain itu, perkembangan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) juga dapat mendukung penerapan blockchain dalam distribusi obat, dengan meningkatkan kemampuan pelacakan dan analisis data yang lebih akurat.
Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, dibutuhkan dukungan dari semua pihak terkait, termasuk kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi blockchain di sektor kesehatan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola teknologi ini. Dengan kolaborasi yang erat dan inovasi yang terus berlanjut, blockchain bisa menjadi solusi utama dalam menciptakan sistem distribusi obat yang lebih aman, transparan, dan efisien di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
- Bouras, A., et al. (2023). Blockchain for Pharmaceutical Supply Chain Management: A Review and Future Directions. International Journal of Healthcare Management. https://doi.org/10.1080/20421338.2023.1823094
- Singh, D., et al. (2023). Application of Blockchain Technology in Pharmaceutical Supply Chain: A Systematic Review. Journal of Medical Systems. https://doi.org/10.1007/s10916-023-01945-4
- Zhang, Y., et al. (2022). Blockchain Technology for Drug Traceability: A Comprehensive Review and Future Perspectives. Computers in Biology and Medicine, 144, 104502. https://doi.org/10.1016/j.compbiomed.2022.104502
- Gupta, R., et al. (2023). Blockchain and its Potential in Combating Pharmaceutical Counterfeiting in India. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences. https://doi.org/10.4103/ijps.IJPS_86_22
- Lee, K. M., & Kim, J. Y. (2022). Blockchain-Based Smart Contract Applications in Pharmaceutical Supply Chains. Journal of Blockchain Research, 4(1), 23-35. https://doi.org/10.1007/s41144-022-0040-1
- Sharma, P., & Singh, R. (2023). Blockchain in Healthcare: Applications in Drug Distribution and Patient Data Management. Journal of Healthcare Engineering, 2023, 5786240. https://doi.org/10.1155/2023/5786240
- Tiwari, M., et al. (2023). The Role of Blockchain in Ensuring Transparency and Security in Pharmaceutical Supply Chains. Global Journal of Health Science, 15(4), 45-59. https://doi.org/10.5539/gjhs.v15n4p45
- Thomas, A., & John, S. (2023). Blockchain for Drug Safety: Ensuring the Integrity of Pharmaceutical Supply Chains. Pharmaceutical Technology, 47(2), 82-89. https://doi.org/10.1038/s41598-023-19157-8
- Sato, T., et al. (2022). Blockchain Solutions in Drug Distribution: Challenges and Prospects. International Journal of Medical Informatics, 162, 104320. https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2022.104320
- Chen, Z., et al. (2022). Smart Contracts in Pharmaceutical Logistics: Enhancing Traceability and Compliance. Journal of Supply Chain Management, 58(4), 67-79. https://doi.org/10.1111/jscm.12342
- https://teltics.com/blog/blockchain
Penulis dan Afiliasi
Aditya Maulana Akbar – 22416248201112 – FM22D – Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuanan Karawang