Bayangkan saja, dulu kita harus mengantri berjam-jam di apotek hanya untuk menebus resep. Sekarang? Cukup dengan beberapa ketukan jari di layar smartphone, obat bisa sampai ke tangan kita. Perubahan ini bukan sekadar kemudahan, tapi representasi dari revolusi besar dalam dunia farmasi yang sedang kita alami.
Sebagai mahasiswa yang terjun langsung dalam pembelajaran farmasi modern, saya melihat transformasi digital ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi telah membuka peluang pelayanan yang lebih efisien. Aplikasi e-pharmacy misalnya, tidak hanya mempermudah pembelian obat tetapi juga membantu pasien dalam memantau penggunaan obat mereka. Sistem ini bahkan dilengkapi dengan pengingat jadwal minum obat dan catatan riwayat pengobatan yang komprehensif.
Menariknya lagi, big data analytics kini menjadi tren yang mengubah cara farmasis bekerja. Teknologi ini memungkinkan kita menganalisis pola penggunaan obat dalam skala besar, membantu mengidentifikasi potensi interaksi obat, dan bahkan memprediksi kebutuhan stok obat di masa depan. Wow, bukankah ini kemajuan yang luar biasa?
Gambar: Ilustrasi big data analytics dalam farmasi
Sumber: https://www.freepik.com/free-vector/healthcare-analytics-concept_19234567.jpg
Namun, sebagai generasi muda yang kritis, saya melihat ada beberapa hal yang perlu kita waspadai. Pertama, bagaimana dengan mereka yang tinggal di daerah dengan akses internet terbatas? Kedua, tidak semua orang, terutama lansia, familiar dengan teknologi digital. Ketiga, masalah keamanan data pasien yang masih menjadi PR besar dalam implementasi sistem digital.
Blockchain mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah keamanan data. Teknologi ini menawarkan sistem penyimpanan data yang terdesentralisasi dan sulit dimanipulasi. Beberapa rumah sakit di luar negeri sudah mulai mengadopsi teknologi ini untuk menyimpan data pasien mereka. Menurut saya, Indonesia juga perlu mulai mempertimbangkan penggunaan teknologi serupa.
Di tengah euphoria digitalisasi ini, kita tidak boleh lupa bahwa inti dari pelayanan kefarmasian adalah kepedulian terhadap pasien. Teknologi secanggih apapun tidak boleh menghilangkan aspek humanis dalam pelayanan kesehatan. Justru, teknologi seharusnya memperkuat hubungan antara farmasis dan pasien, bukan menggantikannya.
Daftar Pustaka
- Wang, L., & Johnson, K. (2023). “Digital Revolution in Pharmacy Practice: Impact of Emerging Technologies on Patient Care.” Journal of Digital Health Technologies, 8(3), 178-195. https://doi.org/10.1007/s43214-023-00789-x
- Setiawan, D., & Nugroho, R. A. (2022). “Implementasi Blockchain dalam Sistem Informasi Farmasi: Studi Kasus di Indonesia.” Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Indonesia, 14(2), 67-82. https://doi.org/10.24176/jsiki.v14i2.987
- Zhang, H., et al. (2024). “The Future of Pharmacy: Big Data Analytics and Artificial Intelligence in Pharmaceutical Care.” International Journal of Clinical Pharmacy, 46(1), 23-38. https://doi.org/10.1007/s11096-023-01589-7
- Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/digitalhealthcaretechnologyinterface_16782456.jpg
Penulis dan Afiliasi
Nidah Amelia – FM22D – Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan Karawang