Pemilihan terapi obat yang tepat sangat penting dalam dunia medis untuk memastikan pengobatan bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping. Namun, proses ini seringkali sulit karena melibatkan banyak faktor, seperti kondisi pasien, interaksi antarobat, efek samping, dan biaya pengobatan. Dalam bidang kesehatan, khususnya dalam hal pemilihan terapi obat, sistem pendukung keputusan (SPK) mulai banyak digunakan untuk membantu tenaga medis membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih akurat.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem berbasis komputer yang dimaksudkan untuk membantu pengguna membuat pilihan yang lebih bijak. Untuk memberikan rekomendasi yang relevan, sistem ini mengintegrasikan data, model analitis, dan alat untuk menganalisisnya. SPK dapat membantu dokter atau apoteker dalam memilih terapi obat dengan memberikan saran berdasarkan data klinis, riwayat pasien, dan panduan medis.
Metode yang Digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Terapi Obat
Beberapa metode yang umum digunakan dalam SPK untuk pemilihan terapi obat antara lain:
- Adaptive Simple Multi Attribute Rating Technique (ASMART)
Menyelesaikan masalah dengan berbagai kriteria dapat diselesaikan dengan teknik ini. Studi menunjukkan bahwa ASMART dapat mencapai akurasi hingga 84,48% ketika memilih terapi obat (Kustiyahningsih, 2020). Metode ini menggunakan kriteria ahli untuk menilai alternatif terapi obat.
- Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)
Dalam pemilihan obat, metode ini juga sering digunakan. Penelitian tentang pemilihan obat untuk penyakit lambung (maag) menemukan bahwa sistem SPK berbasis TOPSIS dapat memberikan rekomendasi yang lebih baik kepada masyarakat (Sudarmana, 2015).
- Analytic Hierarchy Process (AHP)
Metode ini digunakan untuk membantu dokter dalam memilih obat dengan mempertimbangkan berbagai kriteria seperti harga, kualitas, dan efektivitas (Bill & Arinal, 2022).
Sumber Gambar: https://dinkes.jogjaprov.go.id.
Kriteria yang sering digunakan dalam SPK untuk pemilihan terapi obat meliputi:
- Kesesuaian obat dengan kondisi medis pasien.
- Potensi efek samping atau reaksi negatif terhadap pasien.
- Tipe atau kategori obat yang sesuai.
- Jumlah obat yang harus diberikan berdasarkan kondisi pasien.
- Biaya obat yang harus dipertimbangkan oleh pasien.
Sebuah studi di Universitas Trunojoyo Madura menunjukkan bahwa penerapan metode ASMART dalam SPK untuk menentukan terapi obat memiliki tingkat kesesuaian sebesar 81,5% menurut responden dari dokter dan apoteker (Kustiyahningsih, 2020). Ini menunjukkan bahwa sistem tersebut efektif dalam membantu pengambilan keputusan.
Sistem Pendukung Keputusan memainkan peran penting dalam pemilihan terapi obat dengan memanfaatkan berbagai metode analisis untuk memberikan rekomendasi yang akurat dan efisien. Dengan adanya SPK, diharapkan proses pengambilan keputusan dalam pemilihan terapi obat menjadi lebih terstruktur dan berbasis data, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kustiyahningsih, Y., Mula’ab, & Prasetyo, R. D. (2020). Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Terapi Obat Menggunakan Metode Adaptive Simple Multi Attribute Rating Technique (ASMART). Jurnal Trunojoyo, 55-57.
Sudarmana, L. (2015). Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Dosis Obat Secara Rasional pada Penyakit Pernapasan. Jurnal STMIK Jenderal Achmad Yani.
Bill, C., & Arinal, V. (2022). Klasifikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jenis Obat Terbaik terhadap Penyakit Lambung (Maag) Menggunakan Metode Topsis. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(5), 494–507. https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i5.6638
PENULIS DAN AFILASI
Rifky Syarif – 22416248201009 – FM22D – Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang