Dengan hadirnya Industri 5.0 (I5.0), layanan kesehatan mengalami transformasi mendalam, mengintegrasikan kemampuan manusia dengan teknologi canggih untuk mempromosikan ekosistem layanan kesehatan yang berpusat pada pasien, efisien, dan berempati. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak Industri 5.0 pada layanan kesehatan, dengan menekankan sinergi antara pengalaman manusia dan teknologi dan cara menghadapi tantangan 5.0 sebagai apoteker.
Peran teknologi dalam farmasi sangat penting, terutama dalam menghadapi era Society 5.0. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi apoteker:
- Integrasi Data dan Analitik
Teknologi memungkinkan suatu aplikasi “berbicara” dengan aplikasi lainnya yang menjadikannya multi-platform dalam hal aksesibilitasnya merupakan sebuah mekanisme interaksi antar sistem yang menunjang interoperabilitas untuk kepentingan integrasi data yang diakses oleh berbagai pihak melalui internet dengan menggunakan berbagai macam perangkat milik masing-masing pengguna. Dengan sistem dapat meningkatkan kolaborasi antar pemrogram dan antar organisasi bisnis, yang memungkinkan suatu fungsi dalam mampu menyelesaikan masalah pada sistem bisnis konsep lama ke sistem bisnis terintegrasi. Sehingga dengan satu model konsep bisnis dapat diakses dan dipergunakan oleh bermacam-macam aplikasi dan device. Dengan meningkatnya penggunaan data besar (big data) dan analitik, apoteker perlu menguasai cara menginterpretasikan data pasien untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
- Telefarmasi
penggunaan teknologi komunikasi untuk memberikan layanan farmasi jarak jauh. Ini memungkinkan apoteker untuk berinteraksi dengan pasien tanpa harus bertatap muka langsung. Berikut adalah beberapa aspek penting dari telefarmasi:
- Aksesibilitas: Membantu pasien di daerah terpencil atau mereka yang kesulitan untuk pergi ke apotek fisik.
- Konsultasi Jarak Jauh: Apoteker dapat memberikan informasi dan nasihat mengenai obat-obatan, efek samping, dan interaksi obat.
- Pengelolaan Obat: Telefarmasi memungkinkan pemantauan penggunaan obat oleh pasien, membantu memastikan kepatuhan dan mengurangi kesalahan pengobatan.
- Edukasi Pasien: Apoteker dapat memberikan edukasi tentang penyakit dan cara pengobatan yang lebih baik melalui platform digital.
- Efisiensi Operasional: Dengan sistem manajemen yang baik, apotek dapat meningkatkan efisiensi operasional dan meminimalkan waktu tunggu untuk pasien.
Berikut adalah Tantangan Telefarmasi:
- Keterbatasan Teknologi: Di beberapa daerah, akses internet mungkin terbatas, yang dapat menghalangi penggunaan layanan ini.
- Regulasi dan Kebijakan: Terdapat berbagai regulasi yang mengatur praktik telefarmasi, dan apoteker harus mematuhi aturan tersebut.
- Keamanan Data: Perlindungan informasi pasien menjadi penting. Apoteker harus memastikan data pasien aman dan mematuhi regulasi privasi.
- Komunikasi yang Efektif: Apoteker harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk menjelaskan informasi medis secara jelas dan efektif.
- Keterampilan Teknologi: Apoteker perlu dilatih untuk menggunakan platform digital dan alat komunikasi yang diperlukan.
- Automasi dan robotika
farmasi merujuk pada penerapan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keselamatan dalam pengelolaan obat dan layanan farmasi. Berikut adalah Manfaat Automasi dan Robotika di bidang ini:
- Peningkatan Efisiensi: Robot dapat melakukan tugas-tugas rutin seperti pengisian resep, pengemasan, dan pengelolaan inventaris lebih cepat daripada manusia.
- Pengurangan Kesalahan: Automasi mengurangi kemungkinan kesalahan manusia dalam pengambilan dan pemberian obat, yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.
- Pengelolaan Inventaris: Sistem otomatis dapat membantu dalam pemantauan stok obat, memastikan ketersediaan dan mengurangi pemborosan.
- Waktu Pelayanan yang Lebih Singkat: Dengan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk tugas administratif, apoteker dapat lebih fokus pada interaksi dengan pasien dan memberikan konsultasi yang lebih baik.
Berikut adalah tantangan Automasi dan Robotika di bidang ini:
- Biaya Investasi: Penerapan teknologi ini membutuhkan investasi awal yang signifikan, yang mungkin menjadi kendala bagi beberapa apotek, terutama yang kecil.
- Keterampilan Teknis: Apoteker dan staf perlu dilatih untuk menggunakan dan memelihara sistem otomatis dan robot, yang memerlukan waktu dan sumber daya.
- Integrasi Sistem: Mengintegrasikan teknologi baru dengan sistem yang sudah ada bisa menjadi tantangan, terutama dalam hal interoperabilitas.
- Keamanan dan Privasi: Penggunaan teknologi otomatis meningkatkan risiko pelanggaran data dan keamanan siber, sehingga perlindungan informasi pasien menjadi sangat penting.
- Keterbatasan dalam Tugas Klinis: Meskipun robot dapat melakukan tugas administratif, mereka tidak dapat menggantikan interaksi manusia yang penting dalam konsultasi dan edukasi pasien.
- Peningkatan Aksesibilitas: Robot dan sistem otomatis memungkinkan apotek untuk memberikan layanan lebih cepat, terutama dalam situasi darurat.
- Keamanan Cyber
Keamanan cyber dalam farmasi sangat penting mengingat data pasien dan informasi medis yang sensitif. Dengan meningkatnya digitalisasi dalam layanan farmasi, berikut adalah pentingnya menjaga keamanan siber:
- Perlindungan Data Pasien: Data kesehatan adalah salah satu informasi paling sensitif. Keamanan siber melindungi data tersebut dari pencurian dan penyalahgunaan.
- Kepatuhan terhadap Regulasi: Banyak negara memiliki regulasi ketat mengenai perlindungan data kesehatan (seperti HIPAA di AS). Memastikan keamanan siber membantu apotek mematuhi hukum yang berlaku.
- Kepercayaan Pasien: Keamanan informasi pasien sangat mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap layanan farmasi. Pelanggaran data dapat merusak reputasi apotek.
- Integritas Sistem: Keamanan siber melindungi sistem dari serangan yang dapat mengganggu operasi apotek, seperti ransomware yang bisa mengunci data penting.
- Edukasi dan pelatihan
kunci untuk mempersiapkan apoteker dalam menghadapi tantangan dan peluang di era digital, termasuk dalam penggunaan teknologi baru seperti telefarmasi, automasi, dan keamanan siber. Berikut adalah pentingnya edukasi dan pelatihan di bidang farmasi:
- Adaptasi Teknologi: Dengan kemajuan teknologi yang cepat, apoteker perlu memahami cara menggunakan alat dan sistem baru agar dapat memberikan layanan yang optimal.
- Keselamatan Pasien: Pelatihan yang baik membantu apoteker mengenali dan mencegah potensi kesalahan pengobatan, serta memastikan penggunaan obat yang aman.
- Kepatuhan terhadap Regulasi: Edukasi mengenai regulasi dan kebijakan kesehatan yang relevan sangat penting agar apoteker mematuhi hukum yang berlaku.
- Peningkatan Keterampilan Komunikasi: Apoteker harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, terutama dalam konteks konsultasi jarak jauh.
- Pemahaman tentang Data: Dengan meningkatnya penggunaan data dalam pengambilan keputusan medis, apoteker perlu dilatih untuk menganalisis dan menginterpretasikan data kesehatan.
- Personalisasi pengobatan
terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, semakin menjadi fokus dalam praktik farmasi modern. Dengan kemajuan dalam teknologi dan pemahaman tentang biologi manusia, pendekatan ini menawarkan banyak manfaat. Berikut adalah Peran Apoteker dalam Personalisasi Pengobatan:
- Konsultasi dan Edukasi: Apoteker dapat membantu menjelaskan manfaat dan risiko pengobatan yang dipersonalisasi kepada pasien, serta memberikan edukasi tentang cara penggunaan obat.
- Pemantauan Terapi: Mengawasi respons pasien terhadap pengobatan dan melakukan penyesuaian yang diperlukan berdasarkan data dan feedback pasien.
- Kerjasama Interdisipliner: Bekerja sama dengan dokter dan profesional kesehatan lainnya untuk merancang dan mengelola rencana pengobatan yang komprehensif.
- Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan aplikasi dan alat digital untuk memantau dan mendukung pasien dalam menjalani terapi yang dipersonalisasi.
- Kolaborasi interdisipliner
dalam praktik farmasi melibatkan kerjasama antara apoteker dan profesional kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan yang lebih holistik dan terintegrasi. Pendekatan ini sangat penting dalam konteks perawatan kesehatan modern. Berikut adalah Peran Apoteker dalam Kolaborasi Interdisipliner:
- Pengelolaan Obat: Apoteker berperan penting dalam penilaian dan pemantauan penggunaan obat, membantu tim lain memahami interaksi dan efek samping.
- Edukasi Tim: Apoteker dapat memberikan pelatihan tentang terapi obat dan farmakologi kepada anggota tim lain, memperkaya pengetahuan mereka.
- Konsultasi: Menjadi sumber informasi bagi tim kesehatan mengenai pilihan terapi, serta saran dalam penanganan masalah terkait obat.
- Pengawasan Pasien: Apoteker memantau respons pasien terhadap pengobatan dan berkolaborasi dengan tim untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Pengembangan Protokol: Terlibat dalam merancang dan mengimplementasikan protokol perawatan yang melibatkan penggunaan obat dan terapi.
Gambar 2. Evolusi dari Layanan Kesehatan 1.0 ke Layanan Kesehatan 5.0.
Sumber : https://www.mdpi.com/1999-5903/16/3/68
Evolusi layanan kesehatan selama 5 dekade terakhir telah mengalami perubahan yang signifikan, dengan Layanan Kesehatan 1.0 dari tahun 1970 hingga 1990, Layanan Kesehatan 2.0 dari tahun 1991 hingga 2005, Layanan Kesehatan 3.0 dari tahun 2006 hingga 2015, Layanan Kesehatan 4.0 dari tahun 2016 hingga 2019, dan Layanan Kesehatan 5.0 dari tahun 2020 hingga 2019. Saat ini, masing-masing fase menjadi semakin singkat, yang menunjukkan adanya percepatan dalam inovasi layanan kesehatan dan perubahan paradigma. Kontribusi penting terhadap pesatnya evolusi era digital adalah transisi dari paradigma di mana informasi dipandang secara terbatas ke paradigma digital yang memudahkan akses terhadap informasi. Kemajuan ini ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan komputer yang berkembang dari mainframe menjadi mini komputer dan kemudian menjadi komputer pribadi, yang berpuncak pada portabilitas iPad sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi.
Kesimpulannya adalah Secara keseluruhan, peran apoteker di era Society 5.0 sangat penting, dan dengan memanfaatkan teknologi dan kolaborasi, mereka dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan.
Referensi :
- Sharma, M.; Sehrawat, R.; Luthra, S.; Daim, T.; Bakry, D. Moving towards Industry 5.0 in the Pharmaceutical Manufacturing Sector: Challenges and Solutions for Germany. IEEE Trans. Eng. Manag. 2022; early access. [Google Scholar] [CrossRef]
- Ozkeser, B. Lean Innovation Approach in Industry 5.0. Technology, Engineering & Mathematics (EPSTEM). 2018, Volume 2. Available online: www.isres.org (accessed on 18 January 2024).
- Pang, T.Y.; Lee, T.K.; Murshed, M. Towards a New Paradigm for Digital Health Training and Education in Australia: Exploring the Implication of the Fifth Industrial Revolution. Appl. Sci. 2023, 13, 6854. [Google Scholar] [CrossRef]
- Sumber gambar : https://www.mdpi.com/1999-5903/16/3/68
Penulis :
Verani – FM22E – UBP Karawang
