Distribusi sediaan farmasi yaitu proses menyalurkan (distribusi) bisa obat maupun bahan obat dimana tujuannya itu untuk memastikan sepanjang jalur distribusi dilakukan sesuai dengan persyaratan dan tujuan dari penggunaannya dengan memastikan mutu dari obat atau bahan obat yang didistribusikan itu.
Monitoring distribusi penggunaan obat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi obat berdasarkan tingkat penggunaan obat menurut pasien, tingkat penggunaan obat berdasarkan tingkat urutan penggunaan paling banyak sampai tingkat penggunaan obat paling isedikit digunakan.
Teknik informasi sekarang ini sangat dibutuhkan sehingga penggunaan komputer yang tepat adalah mutlak. Program komputer yang digunakan sebaiknya suatu program yang mengintegrasikan manajemen pemeliharaan dengan menajemen penunjangnya, antara lain logistik.
Seperti halnya pengendalian logistik, jika dilakukan dengan cara manual hasilnya tidak optimal bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi. Karena itu perlu dikembangkan sistem informasi berbasis komputer yang bertujuan untuk mendukung monitoring penggunaan obat.
Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membantu menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome ditingkatkan. Upaya untuk memantau atau menilai pola penggunaan obat serta upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu dan kerasionalan penggunaan obat di instalasi farmasi, diperlukan upaya Untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang telah diberikan dengan melakukan monitoring distribusi penggunaan obat. Monitoring distribusi dapat dilakukan untuk memantau penggunaan obat, melalui pelaporan sehingga pengendalian distribusi penggunaan obat dapat diketahui.
Sumber: https://puskesmaskesunean.cirebonkota.go.id/digitalisasi/
Digitalisasi pada bidang farmasi menjadikan farmasi memiliki kemampuan untuk menganalisis setiap tahap yang ada pada proses pengujian, produksi dan distribusi atau menganalisis perkiraan dan merespon dengan cepat terhadap permintaan pasar atau konsumen pada keadaan real time. Kemampuan yang terasa tidak mungkin ada pada era sebelumnya, sekarang menjadi suatu hal yang dapat diwujudkan. Kemampuan Era digitalisasi ini dapat menciptakan kemampuan tersebut dengan adanya sistem cloud dan teknologi penyimpan data besar lainnya. Sehingga dapat memfasilitasi informasi secara transparan dari awal hingga akhir proses kepada, konsumen dan partner bisnis.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah orientasinya menjadi pelayanan yang secara komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi obat dan monitoring penggunaan obat supaya hasil akhir pengobatan dapat tercapai dan terdokumentasi dengan baik. Dalam menjalankan pekerjaan tersebut, apoteker perlu menaati standar pelayanan kefarmasian untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan (medication error). Selain itu, komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya sangat penting dalam proses penetapan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Tren pelayanan kesehatan saat ini telah sedikit demi sedikit bergeser dari layanan konvensional menuju ke layanan digital. Contohnya layanan telemedisin yang banyak dimanfaatkan masyarakat saat pandemi, dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan secara online. Selain itu, pada fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan apotek, juga pada industri farmasi dan fasilitas distribusi, digitalisasi telah diterapkan pada proses produksi dan pengelolaan sediaan farmasi.
Dalam hal ini maka terdapat tahap-tahap pengembangan sistem informasi terkait distribusi dan monitoring sediaan farmasi: Dalam siklus pengembangan sistem ini maka proses dari pengembangan sistem ini terutama adalah sistem, desain sistem dan implementasi sistem. FAST (Framework of the Application of System Technique) didefinisikan sebagai proses yang mana sistem analyst, software,engineer dan programmer membangun suatu sistem. Ada 7 tahap pengembangan sistem yaitu sebagai berikut :
- Studi pendahuluan (preliminary investigation)
Pada tahap ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui masalah, peluang dan tujuan pengguna.
b. Mengetahui ruang lingkup yang akan dikerjakan.
c. Mengetahui kelayakan perencanaan proyek.
- Analisis masalah (problem analysis)
Tujuan tahap ini adalah :
a. Mempelajari dan menganalisis sistem yang sedang berjalan saat
ini.
b. Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya.
- Analisis kebutuhan (requitment analysis) Tahap ini bertujuan untuk :
a. mengidentifikasi kebutuhan pengguna (data, proses, dan
interface).
b. Menganalisis kebutuhan sistem.
- Analisis keputusan (decision analysis) Tujuan pada tahap ini adalah :
a. Mengidentifikasi alternatif sistem.
b. Menganalisis kelayakan alternatif sistem.
c. Pemilihan alternatif sistem.
- Perancangan (design)
Tujuan pada tahap ini adalah :
Tahap perancangan adalah perancangan sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik, dengan kegiatan:
a. Perancangan keluaran (output)
Bertujuan memberikan bentuk-bentuk laporan sistem dan
dokumennya.
b. Perancangan masukan (input)
Bertujuan memberikan bentuk-bentuk masukan di dokumen dan di layar ke sistem informasi.
c. Perancangan antar muka (interface).
Bertujuan memberikan bentuk-bentuk interface yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
- Membangun sistem baru (construction) Tujuan pada tahap ini adalah :
a. Membangun dan menguji sistem sesuai kebutuhan dan spesifikasi
rancangan.
b. Mengimplementasikan interface antara sistem baru dan sistem
yang ada.
- Penerapan (implementation)
Tahap ini bertujuan untuk menerapkan sistem yang baru termasuk dokumen dan pelatihan
Sistem informasi monitoring distribusi obat bertujuan untuk memantau dan mengawasi apakah kegiatan distribusi obat sesuai dengan perencanaan. Sistem ini juga dapat digunakan untuk membuat pendataan stok obat, yang memperlihatkan stok awal, jumlah obat yang didistribusikan, dan stok akhir obat.
Digitalisasi terkait dengan monitoring obat mengacu pada penerapan teknologi digital untuk memantau setiap aspek dari perjalanan obat, mulai dari produksinya, distribusinya, hingga penggunaannya oleh pasien. Proses ini mencakup pengumpulan dan analisis data yang berkelanjutan untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan kepatuhan terhadap regulasi. Berikut adalah beberapa cara digitalisasi berperan dalam monitoring obat:
- Pelacakan Rantai Pasokan (Supply Chain Tracking):
Teknologi seperti barcode dan RFID (Radio Frequency Identification) digunakan untuk memantau pergerakan obat dari produsen hingga apotek atau rumah sakit.
Setiap obat memiliki kode unik yang dapat dipindai dan diidentifikasi di setiap titik dalam rantai pasokan, memastikan obat yang dikirimkan asli, tidak rusak, dan sesuai dengan kebutuhan.
- Pemantauan Penggunaan Obat oleh Pasien (Patient Medication Monitoring):
Aplikasi telemedicine dan e-prescription memungkinkan pemantauan digital terhadap konsumsi obat oleh pasien. Dokter dan apoteker dapat melacak apakah pasien telah menebus resep dan mengambil obat tepat waktu.
Alat wearable atau aplikasi smartphone juga dapat digunakan untuk memantau kepatuhan pasien terhadap jadwal pengobatan dan memberikan pengingat bagi pasien untuk minum obat tepat waktu.
- Sistem Peringatan Dini (Early Warning Systems):
Sistem digital dapat mendeteksi masalah dalam kualitas obat seperti penurunan stabilitas, kesalahan dosis, atau distribusi yang tidak aman. Jika terdeteksi adanya anomali, sistem akan mengirimkan peringatan untuk tindakan korektif.
Ini sangat penting untuk mencegah obat yang tidak layak atau palsu mencapai pasien.
- Manajemen Stok dan Inventarisasi:
Digitalisasi membantu dalam manajemen stok obat di apotek, rumah sakit, atau pusat distribusi. Dengan pelacakan stok yang otomatis dan real-time, pengelola dapat memastikan ketersediaan obat yang tepat, mengurangi risiko kekurangan atau pemborosan.
- Analisis Data dan Keputusan Berbasis Data:
Data yang dikumpulkan melalui sistem digital dari seluruh rantai pasokan hingga penggunaan oleh pasien dapat dianalisis untuk melihat pola, mendeteksi masalah, atau memprediksi kebutuhan obat di masa depan.
Artificial Intelligence (AI) dan Big Data dapat digunakan untuk memproses informasi dalam jumlah besar ini, membantu perusahaan farmasi dan penyedia layanan kesehatan membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat.
- Pelaporan Efek Samping (Pharmacovigilance):
Sistem digital juga memfasilitasi pelaporan dan pemantauan efek samping obat secara lebih efisien. Pasien dan profesional kesehatan dapat melaporkan reaksi yang tidak diinginkan dengan mudah melalui platform digital, memungkinkan deteksi dini masalah keamanan obat di pasar.
Secara keseluruhan, digitalisasi dalam monitoring obat bertujuan untuk memastikan keamanan, kualitas, dan efisiensi dalam distribusi dan penggunaan obat. Teknologi ini memungkinkan pelacakan yang lebih transparan, mempercepat deteksi masalah, dan meningkatkan pengalaman pasien serta profesional kesehatan dalam pengelolaan terapi obat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari artikel ini adalah bahwa digitalisasi di sektor farmasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan akurasi dalam distribusi obat. Dengan digitalisasi, pelacakan distribusi obat menjadi lebih transparan dan dapat dipantau secara real-time, mengurangi risiko kesalahan, pemalsuan, atau penyalahgunaan obat. Selain itu, sistem digital memungkinkan pengelolaan stok yang lebih baik, memastikan ketersediaan obat, dan memfasilitasi proses pemantauan untuk mematuhi regulasi yang ada.
Implementasi teknologi seperti barcode, RFID, atau sistem berbasis cloud juga memungkinkan berbagai pihak di rantai pasok, termasuk produsen, distributor, apotek, hingga rumah sakit, untuk berkolaborasi secara efektif. Dengan demikian, digitalisasi menjadi langkah penting dalam modernisasi sektor farmasi, memastikan kualitas dan keamanan obat sampai ke tangan konsumen.
Refrensi
Amelia, Y (2015). Sistem Informasi untuk Monitoring Distribusi Obat di Indonesia. Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN) Vol. 1, No. 1, (Juni 2015) ISSN 2460-7041. https://www.researchgate.net/publication/318964713_Sistem_Informasi_untuk_Monitoring_Distribusi_Obat_di_Indonesia
Mardiyanti, etty 2007. Sistem Informasi Obat Untuk mendukung Monitoring Distribusi Obat Pada Pasien Rawat Inap. Universitas Diponegoro http://eprints.undip.ac.id/17435/1/Etty_Mardiyanti1.pdf.
Hari, Ristrianto (2018) SISTEM INFORMASI MONITORING DISTRIBUSI OBAT. Diploma thesis, UIN RADEN FATAH PALEMBANG. https://repository.radenfatah.ac.id/8871/
PENULIS :
Nur Halimatus Sa’diyah – FM22E – UBP Karawang