Revolusi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk farmasi. Salah satu aspek yang paling menonjol dari revolusi ini adalah peran farmakoinformatika dalam pengembangan obat. Farmakoinformatika, yang merupakan gabungan antara ilmu farmasi dan teknologi informasi, berfungsi untuk mengelola dan menganalisis data terkait obat dan terapi. Artikel ini akan membahas bagaimana farmakoinformatika berkontribusi pada pengembangan obat di era digital.
Farmakoinformatika telah berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi digital. Dengan adanya big data dan analisis data, para peneliti kini dapat mengakses informasi yang lebih luas tentang molekul obat, interaksi obat, serta efek samping yang mungkin terjadi. Hal ini memungkinkan pengembangan obat yang lebih cepat dan efisien. Menurut sebuah studi oleh Dara et al. 2022, penggunaan algoritma pembelajaran mesin dalam farmakoinformatika dapat mempercepat proses penemuan obat hingga 50% dibandingkan metode tradisional.
Data besar memainkan peran krusial dalam farmakoinformatika. Dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk uji klinis, database genetik, dan informasi pasar, peneliti dapat melakukan analisis yang mendalam untuk menemukan pola-pola yang tidak terlihat sebelumnya. Misalnya, penelitian oleh Zhang et al. (2021) membuat terobosan dalam prediksi kanker paru-paru secara real-time. Untuk aplikasi klinis, di mana pengambilan keputusan yang tepat waktu dapat sangat penting, kemampuan model mereka untuk memproses data diagnostik dengan cepat tanpa mengorbankan akurasi merupakan kemajuan yang signifikan.
Menurut penelitian ini, alat AI yang efisien dan berkinerja tinggi sangat penting bagi organisasi layanan kesehatanTeknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin semakin banyak digunakan dalam pengembangan obat. AI dapat digunakan untuk memprediksi interaksi antara obat dan target biologis, sehingga membantu peneliti dalam merancang molekul baru yang lebih efektif. Sebuah artikel oleh Srivathsa et al. 2023) mencatat bahwa penerapan AI dalam desain obat telah menghasilkan peningkatan efisiensi hingga 30% dalam proses pengembangan.
Meskipun revolusi digital menawarkan banyak peluang, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah masalah privasi dan keamanan data. Dengan meningkatnya jumlah data yang dikumpulkan, perlunya perlindungan terhadap informasi sensitif menjadi sangat penting. Selain itu, perlu adanya pelatihan bagi tenaga kesehatan untuk memanfaatkan teknologi baru ini secara efektif.
Revolusi digital telah mengubah cara kita melihat pengembangan obat melalui farmakoinformatika. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan analisis data, proses pengembangan obat menjadi lebih cepat dan efisien. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, potensi manfaat dari integrasi teknologi dalam farmasi sangat besar. Di masa depan, diharapkan bahwa farmakoinformatika akan terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap inovasi dalam pengobatan.
Daftar Pustaka
- Dara, S., Dhamercherla, S., Jadav, S. S., Babu, C. M., & Ahsan, M. J. (2022). Machine Learning in Drug Discovery: A Review. Artificial Intelligence Review, 55(3), 1947– 1999. https://doi.org/10.1007/s10462-021-10058-4
- Srivathsa, A. V., Sadashivappa, N. M., Hegde, A. K., Radha, S., Mahesh, A. R., Ammunje, D. N., Sen, D., Theivendren, P., Govindaraj, S., Kunjiappan, S., & Pavadai, P. (2023). A Review on Artificial Intelligence Approaches and Rational Approaches in Drug Discovery. Current Pharmaceutical Design, 29(15), 1180–1192.
- https://doi.org/10.2174/1381612829666230428110542
- Zhang, Y., & Wei, L. (2021). Real-time lung cancer prediction with lightweight ensemble model. Journal of Clinical Oncology, 39(6), 1234-1241.
- Foto: Fakultas.co.id
PENULIS DAN AFILIASI
RIFKY SYARIF_ FM22 FARMASI, UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANAG