Dalam dunia medis, khususnya neurologi, melakukan bagaimana pasien akan merespons obat adalah tantangan besar. Setiap pasien bisa merespons obat dengan cara yang berbeda, sehingga membuat pengobatan yang efektif menjadi sulit. Beberapa penyakit neurologis seperti epilepsi, Alzheimer, dan Parkinson memerlukan penanganan khusus, dan sering kali membutuhkan terapi yang dipersonalisasi. Di sinilah teknologi deep learning, bagian dari kecerdasan buatan (AI), dapat membantu. Deep learning dapat menganalisis data medis yang kompleks, seperti hasil scan otak (MRI), gelombang otak (EEG), atau informasi genetik, untuk memprediksi bagaimana pasien akan merespons suatu obat. Dengan menggunakan teknologi ini, dokter dapat merancang pengobatan yang lebih tepat untuk setiap pasien, meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi efek samping yang mungkin terjadi. Pendekatan ini berpotensi besar untuk meningkatkan perawatan pasien di bidang neurologi, mengingat betapa sulitnya menemukan obat yang sesuai untuk gangguan yang kompleks seperti penyakit otak. Deep learning memungkinkan penggunaan data yang lebih efektif untuk memandu pengambilan keputusan medis, sehingga pengobatan menjadi lebih personal dan efisien.
Neurologi dalam Pengobatan
Penyakit neurologis adalah gangguan yang mempengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf. Beberapa penyakit neurologis yang umum termasuk epilepsi, penyakit Parkinson, Alzheimer, dan sklerosis multipel. Penyakit-penyakit ini sering kali membutuhkan terapi yang sangat spesifik karena setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda. Misalnya, seseorang dengan epilepsi mungkin merespons obat anti-kejang tertentu, sementara pasien lain dengan gejala yang sama mungkin membutuhkan obat yang berbeda. Karena itu, pengobatan dalam neurologi harus sering kali dipersonalisasi agar sesuai dengan kondisi unik masing-masing pasien. Menemukan terapi yang tepat untuk pasien dengan gangguan neurologi bukanlah hal yang mudah. Setiap pasien dapat bereaksi secara berbeda terhadap obat yang sama, tergantung pada faktor genetik, usia, dan kondisi kesehatan lainnya. Selain itu, obat yang efektif untuk satu orang bisa menimbulkan efek samping yang serius pada orang lain. Di sisi lain, interaksi obat juga dapat menjadi masalah, terutama jika pasien menggunakan beberapa obat sekaligus. Ini membuat tugas dokter menjadi rumit saat mencoba menemukan pengobatan yang paling cocok dan aman bagi pasien. Oleh karena itu, prediksi yang akurat mengenai bagaimana pasien akan merespons suatu obat sangat penting dalam bidang neurologi. Dengan mengetahui lebih awal bagaimana obat akan bekerja pada seorang pasien, dokter bisa menghindari penggunaan obat yang tidak efektif atau yang berpotensi menyebabkan efek samping serius. Hal ini juga dapat membantu mempersingkat waktu untuk menemukan terapi yang tepat, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan.
Deep learning adalah cabang dari kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan komputer untuk belajar dari data, tanpa memerlukan petunjuk eksplisit dari manusia. Dalam konteks kesehatan, deep learning dapat digunakan untuk menganalisis data medis yang rumit, seperti hasil pemindaian otak (MRI), aktivitas listrik otak (EEG), dan informasi genetik. Dengan teknologi ini, komputer dapat mengenali pola yang tersembunyi di dalam data yang bisa digunakan untuk membuat prediksi medis, seperti bagaimana pasien akan merespons obat tertentu. Model deep learning menggunakan struktur yang disebut jaringan neural, yang terinspirasi oleh cara kerja otak manusia. Dua arsitektur yang sering digunakan dalam prediksi medis adalah Convolutional Neural Networks (CNN) dan Recurrent Neural Networks (RNN).
Sumber: https://algorit.ma/blog/data-science/machine-learning-sektor-kesehatan/
CNN digunakan untuk menganalisis citra medis, seperti MRI otak, karena model ini sangat bagus dalam mendeteksi pola visual. Sementara itu, RNN digunakan untuk menganalisis data sekuensial, seperti data EEG, karena model ini dapat memahami urutan data dari waktu ke waktu.
Penerapan Deep Learning dalam Memprediksi Respons Obat di Neurologi
Dalam neurologi, melakukan presiksi bagaimana pasien akan merespons obat tertentu adalah tantangan yang besar. Berbagai gangguan neurologi, seperti epilepsi, Alzheimer, atau penyakit Parkinson, sering kali memerlukan terapi yang dipersonalisasi karena setiap pasien dapat merespons obat secara berbeda. Sehingga di harapkan trobosan baru melalui Deep learning, yang merupakan cabang kecerdasan buatan, menawarkan pendekatan baru untuk membantu memprediksi respons pasien terhadap obat dengan menggunakan data medis yang kompleks.
Data pasien, seperti hasil MRI, EEG, dan informasi genetik, berperan penting dalam memahami kondisi neurologis seseorang. Deep learning dapat memproses data ini dengan menganalisis pola-pola yang tersembunyi, yang sulit dikenali oleh manusia. Misalnya, citra MRI dari otak dapat digunakan untuk melatih model deep learning, sehingga mampu mendeteksi perubahan struktural yang mungkin mempengaruhi respons pasien terhadap obat tertentu. Beberapa penelitian telah menggunakan deep learning untuk memprediksi respons pasien terhadap obat di bidang neurologi. Dalam studi ini, model deep learning dilatih menggunakan data dari ribuan pasien, sehingga dapat memprediksi obat mana yang akan paling efektif untuk pasien berdasarkan profil kesehatan mereka. Misalnya, pada pasien epilepsi, algoritma deep learning dapat mempelajari pola dari data EEG untuk memprediksi apakah obat tertentu dapat mengurangi frekuensi serangan. Contoh Algoritma dan Model. Model deep learning yang sering digunakan termasuk Autoencoders, Long Short-Term Memory (LSTM), dan Generative Adversarial Networks (GAN).
Autoencoders mampu mengurangi kompleksitas data dengan tetap mempertahankan informasi penting, sementara LSTM digunakan untuk menganalisis data sekuensial seperti EEG. GAN digunakan untuk menciptakan data sintetis yang dapat digunakan untuk melatih model ketika data riil sulit didapatkan. Keuntungan dan Potensi Deep Learning di Bidang Neurologi, Salah satu keuntungan terbesar deep learning adalah kemampuannya untuk meningkatkan akurasi prediksi dibandingkan metode tradisional.
Penulis: Indah Marliana, Fakultas Farmasi, UBP Karawang
Referensi
- Das, D., & Mahanta, L. B. (2022). AIM in Neurology. In Artificial Intelligence in Medicine (pp. 1663-1674). Cham: Springer International Publishing.
- Dedi, D., Syamsul, D., & Siregar, R. S. (2023). Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Stroke Iskemik Pada Pasien di Poli Neurologi. Borneo Nursing Journal, 5(1), 35-46.
- Vinny, P. W., Vishnu, V. Y., & Srivastava, M. P. (2021). Artificial Intelligence shaping the future of neurology practice. medical journal armed forces india, 77(3), 276-282.
Sumber gambar: https://www.jktgadget.com/deep-learning-adalah/
Penulis: Indah Marliana – FM22C – Farmasi UBP Karawang